CERITA SEX | Ketagihan Bercinta

Ketagihan Bercinta


Aku adalah seorang siswi smu kelas 2 berumur 16 tahun. Terus terang aku sudah tidak lagi perawan, keperawananku kuserahkan kapada pacarku saat pesta malam tahun baru, waktu itu aku masih kelas 1 SMU. Semua itu aku lakukan dengan suka sama suka dan tidak ada paksaan, malah aku menikmatinya. Sudah 3 kali aku melakukan hubungan seks dengan pacarku dan bahkan mungkin aku semakin ketagihan mereguk kenikmatan bermain dengannya.

Aku tinggal bersama kakak perempuanku yang sudah menikah di Surabaya. Karena kesibukan mereka berdua, Kakaku tidak bisa mengontrol aku setiap saat. Sepulang sekolah aku bergegas ke kamarku, sekolahku masuk pagi. Siang itu seperti biasa hanya ada aku dirumah. Setelah melapas sepatuku dan melempar tasku dikasur, aku langsung melepas celana dalamku. Entah hari ini aku merasa begitu terangsang, seperti kataku, aku ketagihan seks. Tubuhku terasa bergetar, kedua buah dadaku menegang, dan bagian kemaluanku basah terangsang. Aku berbaring di kasurku dengan kedua kaki terbuka lebar dan rok seragamku kusingsingkan hingga ke perut.

Salah satu tanganku meremas-remas buah dadaku sementara satu tanganku lagi mengusap kemaluanku yang sudah terbuka. Kubelai-belai bulu kemaluanku semakin ke bawah dan kusibak bibir kemaluanku. Dengan kedua kaki semakin kulebarkan, aku terpejam membayangkan pacarku di depan selangkanganku dengan penisnya yang tegak siap menusuk vaginaku.

"Aaaahhh...", kuelus daging kecil diantara bibir kemaluanku, dimana rasa nya begitu nikmat, kumainkan dengan jariku. Terasa semakin menegang daging kecilku ini, dan rasanya semakin nikmat. Kurasakan lubang vaginaku sudah basah. Dengan lembut kugerakkan jari tengahku menggesek kebawah daging kecilku dan langsung menuju lubang vaginaku. "Uuuuhhh...", setengah jari tengahku sudah menusuk lubang vaginaku.

"Emmmhh...kontol kamu...", ujarku tanpa sadar kudorong semakin dalam dan kurasakan semakin nikmat yang kurasakan. Darahku berdesir hebat, tubuhku bergetar merasakan kenikmatan ini. Mataku masih terpejam. Kubayangkan batang penis pacarku menusuk lubang vaginaku seperti yang biasa kami lakukan.

"Eeehhhh...essshh...kontol kamu enak...", aku mendesah dan merancau sesukaku dengan gerakan tanganku yang semakin cepat, hingga jari tengahku mengocok lubang vaginaku dengan nikmat. Namun tiba-tiba aku terkejut dan terbelalak, dengan tiba-tiba seseorang menindihku. Sungguh aku terkejut dan semakin terkejut saat kulihat wajah orang yg menindihku adalah mas hendra, suami kakak perempuanku.

"Aaah... Mas hendra..?". Suaraku memekik tertahan dengan rasa terkejut dan malu bercampur hingga aku tertegun tak tau harus berbuat apa.
"Kenapa harus sendiri rin...", ujar mas hendra. Seraya memegang tanganku.
"Jangan mas hendra...", ujarku aku tersadar. Seraya aku berusaha mendorong tubuhnya. Namun terasa berat sekali.
"Ayolah rin... Mas tau kamu mau...".
"Jangan mas....". Dengan posisi tubuh aku yang sudah terlentang aku dan tubuh mas hendra diatasku, aku tak berdaya.

Aku merasakan benda hangat menempel pada vaginaku. Itu adalah penis mas hendra.
"Jangan mas...".
"Ayolah rin... Kamu juga mau kan...?",
"Jangan mas... Jang ..... Aaaaahhhh.......". Aku melenguh, kata-kataku tak dapat kuteruskan, aku merasakan benda hangat itu menyeruak ke dalam lubang vaginaku yang memang sudah basah dan menginginkan hujaman kemaluan laki-laki.


"Aaahh...". Hanya itu yang terdengar dari bibirku. Seraya mataku terpejam kepalaku mendongak keatas. Darahku berdesir hebat. Begitu nikmat kurasakan. Mas hendra menghujamkan seluruh batang penisnya untuk masuk ke dalam vaginaku. Aku merasakan sensasi yang begitu nikmat. Sungguh terasa nikmat sekali, dengan ukuran batang penis mas hendra yang kurasakan berbeda lebih besar dibanding dengan ukuran batang penis pacarku.

"Enak rin....mhmmhh...hmm...". Ujar mas hendra seraya menarik batang penisnya dan memasukannya kembali.
"Mmmhhh....aaaahhh...". Eluhku. Kurasakan lebih nikmat dibanding kulakukan dengan pacarku. Karena mungkin ukurannya yang berbeda.
"Aaahh...aaahh...". Erangku setiap kali mas hendra menghujamkannya. Dengan gerakan yang semakin cepat. Vaginaku seakan dikoyak koyak. memberikan rasa nikmat yang begitu hebat.
"Uuuhh...riin... Ternyata kamu tidak hanya lebih cantik dari kakakmu, tapi juga meqimu lebih enak dan legit...". Puji mas hendra, seraya tangannya dengan liar meremas-remas kedua buah dadaku.
"Dada kamu masih kenyal dan kencang...", pujinya. Sesekali di hisap dan dilumat kedua putingku bergantian hingga menambah kenikmatan yang kurasakan.

Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku bergetar hebat dan tanpa sadar aku mengejang seraya melenguh, aku merasakan seluruh sendi tubuhku terlepas. Dari lubang vaginaku kurasakan semburan cairan hangat membasahi batang penis mas hendra yang masih menghujam. Kupeluk tubuh mas hendra. "Aaah mas hendra....". Eluhku seraya mengejang-kejang dan lemas terkulai. Sungguh nikmat sekali, aku meraskan orgasme yang begitu hebat."Enak rin...?", seraya mas hendra memelukku. Aku hanya mengangguk.

"Mmmhhh... Mas hendraaaaa..". Desahku dengan darah berdesir, memandangnya yang tengah melumat puting buah dadaku yang menyembul diantara sela baju seragamku yang sudah acak-acakan. Dibukanya seragamku lebih lebar agar leluasa kedua tangannya meraih gundukan buah dadaku. "Mmmhh... Riiim... Masih kenyal banget... ". Pujinya lagi, seraya nampak begitu rakus melupat menjilat kedua putingku. Tangannya tak henti-hentinya meremas-remas. Sementara penisnya masih menancap di vaginaku.

"Diterusin ya...?", pintanya setelah puas dengan buah dadaku tanpa menunggu jawabanku mas hendra mencabut batang kemaluannya dari vaginaku dan memintaku untuk mengambil posisi menungging."Aaaahh...", erangku saat batang penis yang besar dan panjangg itu menusuk lagi, terasa geli dan nikmat walau vaginaku sudah basah. Kudorong pantatku ke belakang, kurenggangkan kedua kakiku. Agar gerakan mas hendra lebih leluasa menghujamkan batang kemaluannya.

Rasanya begitu dahsyat kurasakan, seluruh batang kemaluan itu amblas didalam vaginaku yang lahap menelannya.
"Uuuuhh... Meqi kamu masih sempittt rin...enak banget...". Pujinya. Setiap hujaman terasa begitu dahsyat hingga membuat tubuhku kembali bergetar untuk yang ke dua kalinya. Aku mengejang, mengeluh panjang dan kurasakan semburan dari vaginaku kembali melumuri batang penis mas hendra yang begitu nikmat. Aku terkulai lemas, mas hendra membiarkan batang kemaluannya terlepas dari vaginaku. Aku terlentang memandangnya dengan penis yang masih mengacung besar dan panjang sangat perkasa, sungguh seksi sekali. Batang penis itu memiliki kepala yang besar dan memerah basah berkilat.

"Meqi kamu enak banget rin...", pujinya seraya memandang vaginaku. Di rentangkan kedua kakiku seraya mengambil posisi untuk kembali menghujam vaginaku. "Aaaaahh....". Eluhku dengan vagina terjejal batang kemaluan itu. Tubuhku terhentak keras oleh gerakan pinggang mas hendra yang terasa semakin cepat. "Uuuhhh...rin... Enak banget... Bentar lagi mas keluar...aaaaaahhggggg...", geramnya dengan tubuh menggelinjang hebat, batang penisnya yang tertancap dengan mantap di dalam vaginaku kurasakan menyemburkan cairan hangatnya. Aku merasakan sensai itu begitu nikmat.

Tubuh mas hendra jatuh diatas tubuhku. Dengan nafas terengah sambil memelukku. "Rin... enak banget....". Ujarnya sesaat ia memandangku dengan senyum puas, dan melumat bibirku. Kusambut bibirnya dengan hangat seraya kupeluk erat tubuhnya dengan kemaluannya kami yang masih menyatu.

"Kamu suka rin...?", tanyanya. Aku mengangguk malu.
"Gak usah malu-malu kalo kamu mau....". Ujarnya
"Apa cowomu yang pertama rin...?", tanyanya.
"Iya mas...".
"Kapan ?".
"Waktu malam tahun baru kemarin...". Jawabku. Yang berarti 4 bulan yang lalu.
"Udah berapa kali gituan sama dia?..."
"Mmmm 3 kali mas....".
"Mmmmhhh pantesan kamu ketagihan ya?...". Aku mengangguk tersipu.

Dihadapan kakak perempuanku, sikap aku dan mas hendra biasa saja. Walau aku takut kakak perempuanku akan mengetahui kejadian itu. Aku berangkat dan pulang sekolah seperti biasanya. Kadang aku mendengar suara desahan dan erangan dari kamar kakak perempuanku dan mas hendra suaminya melakukan hubungan suami istri, membuat aku merasa iri. Dan ingin ikut merasakannya...
Poker Online Indonesia Poker Online bersahabat Agen Poker Capsa Domino Online

CERITA SEX | Berbagi Suami Dengan Kakak

Berbagi Suami Dengan Kakak


Namaku Melly, Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. usiaku saat ini baru 2o tahun. Saat ini aku telah dikaruniai seorang putra berusia 2 tahun. Aku memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan. Kakakku yang laki-laki telah lama berumah tangga dan telah hidup berpisah dari orang tua. Meskipun aku sudah berumah tangga kurang lebih 3 tahun, namun aku dan suamiku masih tinggal dirumah peninggalan orang tua kami, karena hingga saat ini kami belum bisa membangun rumah sendiri. Maklumlah suamiku hanya seorang pegawai negri golongan II.

Selain aku dan suamiku, Kakak perempuanku juga masih tinggal di rumah peninggalan orang tua kami ini. Bukan karena dia belum bisa membangun rumah sendiri, tetapi karena dia belum berumah tangga. Sejujurnya aku merasa kasihan padanya, di usianya yang telah lebih dari 30 tahun, ia belum menemukan laki-laki yang mau menjadi pendamping hidupnya.

Nia adalah nama kakak perempuanku. Ia saat ini tidak bekerja. Ia hanya tinggal di rumah dan hanya melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilakukan seorang wanita. Aku pun sebenarnya juga tidak bekerja, tetapi aku memiliki suami yang mampu menopang kebutuhanku dan anakku. Karena kami tinggal dengan kakak perempuanku, maka mau tidak mau, gaji suamiku juga harus dinikmati bersama dengan kakak perepuanku.

Sejujurnya aku dan suamiku berharap ada seorang laki-laki mapan yang mau menikahi Kak Nia, tetapi hingga saat ini, belum ada titik terang untuk itu. Entah apa kekurangan kakak perempuanku itu di mata para lelaki sehingga tak ada yang mau mempersuntingnya menjadi istri. Mungkin karena jodohnya memang belum datang, pikirku.

Sebagai seorang wanita normal, kak Nia juga pasti membutuhkan seorang laki-laki untuk menjadi teman hidupnya, dan untuk memenuhi semua hasrat biologisnya. Aku sering mendengar suara desahan dan rintihan dari kamar kakak seperti suara seorang wanita yang sedang menikmati nikmatnya hubungan suami istri. dan aku yakin kak Nia sedang melakukan masturbasi di kamarnya. Aku juga sering mengintip kakak dari celah ventilasi kamar jika ku dengar suara desahan tengah malam di kamar kak Nia, dan sering ku lihat kak Nia tidur telanjang di kamarnya sambil meremas-remas payudaranya dan memainkan jarinya di selangkangan.

Saat aku sedang mendesah menikmati gesekan batang penis suamiku di dinding vaginaku, aku sering teringat kakak dan merasa kasihan padanya, sehingga secara tiba-tiba hasrat bercintaku hilang. Saat seperti itu, suami pasti bertanya kenapa, tetapi aku tidak bisa menjelaskan perasaanku padanya. Sampai pada suatu malam…..

Aku terjaga dari tidurku dan kembali mendengar suara desahan dan rintihan yang berasal dari kamar kak Nia. Dengan perlahan ku bangunkan suamiku dan memintanya untuk tidak berisik. ku tarik tangan suamiku dan melangkah perlahan ke luar kamar, lalu ku minta suamiku naik ke atas meja yang berada di depan jendela kamar kak Nia dan ku minta ia mengintip apa yang dilakukan kak Nia di dalam kamarnya. hanya sebenar Indra mengintip melalui ventilasi kamar kak Nia lalu kemudian dengan hati-hati dia turun dari meja tersebut dan berbisik kepadaku, “Kak Nia sedang nonton BF…”

Aku menarik suamiku menuju ruang depan dan menyalakan TV. sambil duduk di sofa, ku kembali bertanya pada suamiku.

“Apa lagi yang Mas lihat?” tanyaku.

“kak Nia tiduran telanjang…” jawab suamiku

“Apa lagi?”

“Yah, dia meremas-remas payudaranya dan memainkan jari di sini…!” jawab suamiku sambil menjatuhkan tangannya ke sela pangkal pahaku.

“Mas! sejujurnya… itulah yang menjadi pikiranku selama ini!” jawabku sambil memindahkan tangannya dari permukaan vaginaku.

“Masalah apa?” tanya Mas Indra.

“hasratku dalam bercinta selalu musnah jika ku teringat kak Nia yang sampai sekarang harus menikmati seks hanya dengan tangan dan jarinya.” jawabku.

“Hmm…. jadi itu yang sering membuatmu tidak semangat, ya?” ungkap suamiku. Aku hanya mengangguk mendengar ungkapan pengertian dari suamiku.

“Andai boleh, aku ingin berbagi suami dengan kak Nia…” sebuah kalimat ringan meluncur dari mulutku. Suamiku terkejut mendengar kata-kataku itu. Ia menoleh kepadaku dengan kerutan di keningnya. Indra turun dari sofa dan duduk di lantai menhadap kepadaku.

“Sayang! sebesar itukah rasa kasihan di hatimu untuk kak Nia?” tanya Indra

“Lebih dari itu!” jawabku tanpa ekspresi. “Aku juga rela menyerahkan suamiku padanya…” lanjutku.

“Sayang! aku hanya mencintai kamu, hanya kamu, Mel..! Jangan berpikir yang bukan-bukan tentang hubungan kita… tentang suamimu! berbagi suami dengan kak Nia memang tidak boleh, tapi jika Mel mau, kita bisa melakukannya….!” jawab suamiku.

Kali ini, aku yang terperanjat mendengar kata-katanya. ku tatap matanya sedalam-dalamnya dan ku lihat ketulusan di hatinya untuk berbagi suami demi membahagiakanku. Beberapa saat kemudian, aku beranjak meninggalkannya dan berjalan menuju kamar kak Nia. Rencananya aku ingin mengetok pintu kamar kak Nia, tetapi ternyata pintu kamarnya tidak terkunci dan aku langsung masuk tanpa permisi.

Kak Nia yang sedang asyik menonton VCD film ****o sambil bermasturbasi, sontak terkejut melihat kehadiranku di kamarnya dan memergoki kebiasaan tak lazin yang dilakukannya.

“kak Nia! ikut denganku!” kataku sambil menarik tangan kak Nia dan mengajaknya ke ruang depan. Kak Nia hanya menuruti saja, meskipun ia tidak mengerti apa alasanku menariknya ke ruang depan.

Dalam remang suasana lampu malam di ruang depan, kak Nia terperanjat, karena ternyata di ruang itu telah ada Mas Indra, suamiku. Kak Nia yang berdiri tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhnya menjadi sangat malu dengan keadaannya. Namun aku dan suamiku tidak memperdulikan hal itu, aku hanya meminta kak Nia untuk duduk di sofa, dan aku juga duduk di sampingnya. Dalam posisi di sampingnya, ku angkat paha kak Nia dan terlihat belahan vaginanya yang ditumbuhi rambut yang tebal.

Mas Indra juga telah mengerti maksudku, ia langsung mengambil posisi di selangkangan kak Nia dan memainkan lidahnya di belahan vagina kak Nia. aku berbisik pada kak Nia, “Kak! jangan berpikir macam-macam..!!! nikmati saja….”

kak Nia sepertinya tidak mengerti mengapa kami melakukan ini, apakah ini sebagai hukuman atas kebiasaan tak lazimnya yang kami pergoki atau tertumpah dari hasrat tak normal untuk melakukan hubungan seks bertiga. Tetapi semakin lama Indra memainkan lidahnya di selangkangan kak Nia, semakin membuat membuat kak Nia melupakan segala kebingungannya atas apa yang kami lakukan. ku lihat kak Nia mulai menikmati indahnya dan nikmatnya seks yang sebenarnya.

Aku melepaskan seluruh pakaianku dan naik ke atas sofa lalu memposisikan vagianku tepat di depan mulut kak Nia. Tanpa diminta, akhirnya kak Nia menjulurkan lidahnya dan bermain di belahan vaginaku. Dalam posisiku seperti itu, Mas Indra kemudian menghentikan aksi lidahnya. Ia melepaskan celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang besar lalu tanpa membuang waktu, ia tancapkan kepala penisnya ke belahan vagina kak Nia dan menekannya masuk.

Vagina kak Nia memang sering menerima rangsangan masturbasi, tetapi ternyata dia masih menjaga keperawanannya, sehingga suamiku masih merasa kesilitan ketika berusaha menenggelamkan batang penisnya di lobang vagian kak Nia. Mas Indra harus berulang kali melakukan tarik ulur dan menekan ke lobang vagina kak Nia untuk dapat tenggelam sempurna di liang senggama kak Nia yang masih perawan itu. Basahnya lobang vagina kak Nia tidak begitu membantu proses pelepasan keperawanan kak Nia.

Melihat keadaan itu, aku tidak lagi menyuguhi mulut kakak dengan menu belahan vaginaku, tetapi aku turun dan membantu suamiku merenggut keperawanan kak Nia. ku tarik lutut kak Nia hingga menyentuh puting payudaranya, dan ku biarkan Mas Indra berdiri bebas menacapkan penis besarnya di selangkangan kak Nia yang terbuka lebar. Posisi mengangkang itu, akhirnya berhasil mengamblaskan kepala penis suamiku hingga menyentuh bibir rahim kak Nia. selanjutnya, mas Indra mulai memainkan aksinya menggesek dinding vagina kak Nia….

Hanya sekitar 5 menit, kak Nia telah mencapai orgasme pertamanya. Namun mas Indra tidak berhenti menggenjot lobang vagina kak Nia. ku lihat cairan lembut bening mengucur dari lobang vagina kak Nia yang masih disumbat oleh besarnya penis suamiku.Cairan merah akhirnya juga keluar memberi warna pada cairan vagina bening yang telah begitu banyak keluar dari lobang vagian kak Nia. Selang 5 menit kemudian, kak Nia kembali merasakan orgasme ke-2.

Mas Indra yang merasa bahwa dinding vagina kak Nia sudah tidak sanggup lagi menerima gesekan akhirnya meutuskan untuk mengeluarkan batang penisnya dari lobang vagina kak Nia. sekarang Mas Indra mengarahkan serangannya kepadaku, Setelah beberapa menit, aku juga mendapatkan orgasme pertamaku malam itu. saat itulah mas Indra mencabut penisnya dari lobang vaginaku lalu naik ke sofa dan menyumpalkan kepala penisnya ke mulut kak Nia. dengan kepala penis dalam mulut kak Nia, mas Indra mengocok batang penisnya yang panjang dengan tangannya, dan ternyata itu adalah akhir permainan. Mas Indra mendesah dan menyemburkan air spermanya ke mulut kak Nia.

+++++++++++++++++++++

Sejak saat itu, kak Nia tidak lagi canggung ketika ia sedang dalam hasrat cinta yang mengelora, ia tinggal datang ke kamarku dan meminta mas Indra untuk menggaulinya. Meskipun sebenarnya hati ini cemburu, tetapi aku senang, karena mas Indra selalu berhasil memuaskan kami berdua dalam hubungan seks.
Poker Online Indonesia Poker Online bersahabat Agen Poker Capsa Domino Online
CERITA SEX | Perjalanan Dinas Bersama Mbak Melvi

CERITA SEX | Perjalanan Dinas Bersama Mbak Melvi




Namaku Iwan, 27 th. Aku baru saja lulus dari sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Saat ini aku sedang bekerja disebuah perusahaan swasta di Jakarta. Aku masih berstatus karyawan dalam masa percobaan. Sehingga mau tidak mau aku harus bekerja ekstra giat, agar bisa lolos dan diangkat menjadi karyawan tetap. Kerja lembur siap aku laksanakan, tugas luar kota juga aku siap berangkat. Pokoknya, aku siap melaksanakan tugas apapun demi diangkat sebagai karyawan tetap.

Pagi tu aku dipanggil pimpinan. Aku mendapat tugas selama satu minggu di Yogyakarta. Wah asyik nich. Dalam hati aku berpikir pasti bisa menyelesaikan tugas dalam waktu kurang dari satu minggu. Jadi ada waktu untuk jalan-jalan. 

Ternyata aku tidak pergi sendiri. Aku ke Jogja bersama seorang karyawati yang lebih senior. Namanya Melvi. Aku biasa memanggilnya Mbak Melvi, karena ia lebih tua dari aku. Usianya sekitar 35 tahun. Mbak Melvi sudah berkeluarga. Suaminya seorang pilot yang biasa melayani rute luar negeri. Sehingga jarang di rumah. Itu semua aku ketahui dari teman-teman di kantor. Dari mereka pula aku tahu bahwa Mbak Melvi tinggal bersama ibu dan anaknya yang masih berusia sekitar tiga tahun. Selama ini hubunganku dengan Mbak Melvi baik. Sebab selain supel, Mbak Melvi juga suka membantu teman. Itulah sebabnya aku no problem bertugas dengannya. 

Pagi itu kami janjian ketemu di bandara. Sambil menunggu Mbak Melvi aku mampir di KFC. Tak beberapa lama Mbak Melvi datang. 
“Hai, sudah lama menunggu,”sapanya

“Ah tidak Mbak,”jawabku sambil menawarkan untuk makan bareng. 
Aku agak tertegun melihat penampilam Mbak Melvi pagi itu. Ia memang cantik, kulitnya putih mulus. Maklumlah istri pilot umumnya memang cantik. Tapi pagi itu penampilan Mbak Melvi bukan hanya cantik, tapi juga sexy. Ia mengenakan t shirt ketat warna putih, sehingga dadanya terlihat begitu menonjol. Aku menduga ukuranya 36 B. Apalagi Mbak Melvi memakai bra warna hitam. 

Aku langsung mengajak Mak Melvi untuk chek in pesawat. Maksudku agar pikiran kotor tidak terlalu lama berada di dalam otakku. Tapi saat berjalan aku kembali melihat pemandangan indah. Mbak Melvi mengenakan celana panjang ketat. Pantatnya yang bulat dan kencang jelas terlihat. Aku jadi lebih ser-seran saat melihat bayangan celana dalamnya yang membentuk garis segi tiga. Dengan penampilan seperti itu, Mbak Sivi terlihat jauh lebih muda dari usianya. Tidak ada yang tahu bahwa ia sudah punya anak. 

Tak beberapa lama kemudian kami sudah terbang menuju Yogyakarta. Dalam perjalanan kami ngobrol.
“Wah, harusnya Mbak Melvi bisa gratis dong kalau naik pesawat, kan suami Mbak pilot,”ujarku membuka pembicaraan. 
“Ah, nggak juga. Apalagi suamiku melayani rute luar negeri,”jawabnya.

Pembicaraan kami terus berlangsung. Terkadang menyinggung masalah keluarga. Dari situlah aku tahu bahwa suami Mbak Melvi lebih sering diluar rumah. Dalam sebulan mungkin hanya satu minggu suami Mbak Melvi di rumah. Selebihnya terbang. Bahkan pernah suami Mbak Melvi berada di luar negeri selama hampir dua bulan. 

Beberapa saat kemudian pesawat kami mendarat di Yogyakarta. Jarak Jakarta-Yoryakarta memang hanya 45 menit perjalanan udara. Kami dijemput oleh karyawan kantor cabang Yogyakarta. Selanjutnya langsung diatar ke hotel. Selanjutnya semua berjalan seperti biasa. Setiap hari aku dan Mbak Melvi ke kantor cabang Jogja untuk menyelesaikan tugas. Tidak ada yang aneh.

Yang aneh adalah selama di Jogja hampir setiap malam aku onani. Sebab setiap malam aku melihat Mbak Melvi berpakaian sexy. Setiap malam kami makam di warung lesehan Malioboro. Namanya juga ke Jogja, kalau nggak makam di Malioboro rasanya nggak afdol. Dari hotel kami naik becak kadang naik andong. Selama perjalanan becak atau andong sering ajrut-ajrutan. Sehingga aku yang duduk disamping Mbak Melvi bisa menyaksikan pemandangan indah. Buah dada Mbak Melvi yang montok itu bergoyang-goyang. Ingin rasanya aku meremas-erman buah dada yang montok itu. Dan ujung-ujungnya aku onani di kamar mandi hotel. 

Begitulah selama empat hari aku dan Mbak Melvi menyelesaikan tugas di Jogja. Tidak ada yang terjadi selain aku sering onani di kamar mandi hotel sambil membayangkan tubuh Mbak Melvi. Tepat seperti yang kami rencanakan, tugas kami selesai lebih cepat dan kami berencana akan jalan-jalan ke pasar Bringharjo membeli batik pesanan teman-teman sambil melihat-lihat kota Jogja. 

Setelah seharian berjalan-jalan kami capek juga. Mbak Melvi memborong banyak baju batik dan cindera mata lainnya. Bawaan kami jadi setumpuk. 
“Wan aku titip belanjaanku dulu ya, aku mau ke ATM sebentar,”kata Mbak Melvi saat akan masuk ke hotel.
“OK Mbak”jawabku singkat sambil masuk hotel. 

Sesampai di kamar aku mau langsung tidur. Tapi sebelumnya mandi dulu. Dan lagi-lagi aku onani sambil membayangkan tubuh Mbak Melvi yang sintal itu. Setelah selesai aku keluar kamar mandi sambil tetap telanjang. Betapa kegetnya aku saat keluar kamar mandi. Karena saat itu aku melihat seseorang sedang membongkar barang bawaanku. Ternyata Mbak Melvi sedang mengambil batik dan cindera mata yang ia titipkan padaku.

“Aduh, maaf Wan, aku masuk kamarmu,”ujar Mbak Melvi
“Nggak pa-pa mbak,”ujarku gugup

Melihat aku telanjang bulat seperti itu Mbak Melvi jadi salah tingkah. Tapi anehnya Mbak Melvi tidak berusaha menutup muka atau memalingkan mukanya. Bahkan matanya tertuju pada tubuhku yang polos tanpa selembar benang itu. Sesekali ia melirik penisku yang agak tegang.
“Tadi aku ketuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban, jadi aku langsung saja masuk. Ya sudah aku balik ke kamar dulu,”jawabnya sambil buru-buru pergi meninggalkan kamarku. Aku hanya diam tertegun. Aku merasa ada kenikmatan tersendiri saat berdiri telajang di depan Mbak Melvi. Ingin rasanya aku mengulangi hal itu, berdiri telanjang bulat di depan Mbak Melvi. 

Aku merapikan barang-barang bawaanku sambil siap-siap untuk chek out besok pagi. Saat memasukkan oleh-oleh, ternyata ada beberapa batik milik Mbak Melvi yang masih berada di tasku. Mungkin karena tadi ia terburu-buru, jadi ada yang tertinggal. 

Setelah berpakaian aku berniat mengantarkan batik milik Mbak Melvi. Sambil sekalian keluar cari makan. Aku ketuk pintu kamar Mbak Melvi, tapi tidak ada jawaban. Sampai tiga kali aku mengetuk masih belum ada jawaban. Ternyata pintunya tidak terkunci. Perlahan-lahan aku masuk. Aku terkejut saat masuk, sebab aku mendengar seseorang sedang mendesah-desah. Aku beranikan diri berjalan menuju tempat tidur. 

Betapa terkejutnya aku saat melihat pemandangan di atas tempat tidur. Mbak Melvi sedang tidur terlentang tanpa sehelai benang menempel di tubuhnya. Ia memejamkam mata sambil tangannya mengelus-elus vaginanya. Aku berdiri di samping tempat tidur. Aku menikmati pemandangan indah itu. Mbak Melvi memang cantik. Kulitnya putih bersih mulus. Kini aku bisa melihat dari dekat ia telanjang bulat. Buah dadanya yang besar itu kini bisa aku saksikan secara langsung. Putingnya yang coklat kemerahan tampak mengacung. Mungkin Mbak Melvi sedang horny berat.
Tangannya tak henti-hentinya mengelus-elus vaginanya yang tertutup rambut kemaluan yang cukup lebat. Kadang kala ia memasukkan jarinya ke dalam vaginanya. Melihat hal itu penisku langsung berdiri. Aku memberanikan diri mendekatinya. Perlahan aku duduk disampingnya. Mbak Melvi masih memejamkan mata, sehingga ia tidak mengetahui kehadiranku. 

Aku beraniknan diri memegang buah dadanya. Kepalang tanggun pikirku. Aku tak mampu lagi menahan geloraku untuk menyentuh tubuh Mbak Melvi. Dengan gemetar tanganku menyentuh buah dada Mbak Melvi. Ah…nikmat sekali saat tanganku menyentuh buah dada Mbak Melvi. Aku teruskan dengan mengelus-elusnya. Tak lupa aku juga memilin-milin putting susu yang sudah mancung itu. 

Tiba-tiba Mbak Melvi membuka matanya. Aku langsung menghentikan kegiatanku. Aku takut ia akan marah besar melihat kelakuanku. 
“Lho, kok berhenti Wan, turusin aja…..”ujarnya sambil menetapku.

“OK Mbak, aku juga suka kok melakukannya,’jawabku sambil kembali mengulang kegiatanku. Kali ini aku tidak hanya mengelus-elus, tapi juga meremas-remas buah dada Mbak Melvi yang montok itu. “Emangnya celanamu nggak kesempitan, tuh burungmu sudah kepingin keluar,”ujar Mbak Melvi saat aku naik ranjang. Mbak Melvi benar, penisku memang sudah tegang. Bahkan sejak dikamarku, penisku sudah ingin keluar dari celanaku. Sebab selama aku membayangkan tubuh Mbak Melvi yang sintal itu, penisku selalu berdiri. Apalagi saat aku melihat Mbak Melvi telajang bulat.

Aku langsung melucuti pakaianku. Kini aku telanjang dan segera naik ranjang. Penisku yang 16 cm itu terlihat tegak lengkap dengan urat-uratnya. Mbak Melvi kemudian bangun dari tidurnya. Ia memintaku untuk tidur terlentang. Selanjutnya ia segera mengulum penisku. Tak bisa aku mengungkapkan dengan kata-kata betapa kenikmatan yang aku rasakan. 

“Mbak, aku juga ingin merasakan punyamu,”ujarku.

Mbak Melvi langsung merubah posisinya. Merebahkan tubuhnya diatasku. Ia arahkan vaginanya tepat diatas mukaku. Kami memainkan gaya 69. Mbak Melvi langsung mengocok penisku. Sesekali ia juga mengulum dan menjilati penisku yang sudah berdiri tegak. Ahh….nikmat sekali rasanya. Mulut Mbak Melvi yang biasanya hanya bisa aku lihat, kini mengulum penisku. Aku sampai merem melek merasakan nikmatnya lidah Mbak Melvi yang bermain-main di sekujur penisku. 

Aku pun mengimbanginya dengan menjilati vagina Mbak Melvi. Rambut kemaluannya yang hitam lebat itu terlihat kontras dengan kulitnya yang putih. Segera tercium olehku bau khas vagina. Nafsuku semakin menggelora. Lidahku segera beraksi. Sesekali aku mengigit bibir vagina Mbak Melvi. 

“Ahh….ahh…enak Wan..ahh…terus..ahh..terus sayang…..”ujar Mbak Melvi merasakan jilatanku
Tanganku juga tidak tinggal diam. Pantat Mbak Melvi yang sintal itu aku remas-remas. Kadangkala aku tekan pantat Mbak Melvi sehingga vaginanya menekan mukaku. Dan Mbak Melvi kembali menjerit pelan merasakan kenikmatan di selangkangannya. Terlebih lagi saat aku menjilati clitorisnya. 

“Wan….ahh…ahh…eennaakkk…terruuss….teruuss..sayyaan ggg…..ahh….”
Mendengar desahan Mbak Melvi aku semakin memperhebat jilatanku. Tapi tiba-tiba Mbak Melvi memintaku mengentikan jilatanku di vaginanya. Ia juga mencabut penisku dari mulutnya.

“Wan, aku nggak tahan lagi…”ujarnya 
Ia memintaku tetap tidur terlentang. Selanjutnya Mbak Melvi berlutut di atasku. Ia genggam penisku yang tegang dan mengarahkannya tepat di vaginanya. Selanjutnya perlahan-lahan penisku memasuki liang kenikmatan Mbak Melvi. 
“Ahh….Mbak…ahh…ahh…”ujarku saat penisku mulai memasuki vagina Mbak Melvi.
Kenikmatan luar biasa segera aku rasakan. Hingga akhirnya penisku benar-benar masuk seluruhnya di dalam vagina Mbak Melvi. Sambil tersenyum Mbak Melvi membiarkan vaginanya membekap penisku. Selanjutnya pantatnya mula bergerak naik turun. 

“Ahh….enaakkk Mbak…ahh..nikkmaattt…”desahku
“Iya…aku juga..ennaakk Wan..”jawab Mbak Melvi
Semakin lama gerakan pantat Mbak Melvi semakian cepat. Aku mengimbanginya dengan menggerakkan pantatku juga naik turun. Sambil terus menyodokkan penisku, tanganku juga bekerja meremas-remas buah dada Mbak Melvi yang bergoyang. 

Semakin lama gerakan pantat Mbak Melvi semakin cepat dan tidak beraturan. Matanya terpejam, terlebih saat aku meremas buah dadanya. Mukanya yang putih terlihat memerah. Sambil menjerit pelan ia gerakkan pantatnya naik turun.
“Ahh…Wan….ahh….nniikkkmaaatt….ohhh…”jerit Mbak Melvi pelan.

Tiba-tiba Mbak Melvi rubuh. Tubuhnya menindih tubuhku dengan vagina yang masih terisi penisku. Ia memelukkan erat-erat sambil menekan pantatnya dalam-dalam. Aku merasakan ada carian hangat menyemprot penisku. Rupanya Mbak Melvi orgasme. 

Beberapa saat kemudian Mbak Melvi mengangkat pantatnya. Ia tidur terlentang disampingku. Nafasnya yang ngos-ngosan pelahan-lahan mulai teratur kembali. Sambil tersenyum aku remas-remas buah dadanya yang montok itu. Mbak Melvi membalasnya dengan meremas-remas penisku yang masih tegang. 

“Kenapa sayang, kamu mau main lagi ya,”ujarnya yang aku jawab dengan anggukan kepala
Mbak Melvi tersenyum dan langsung mengambil posisi. Kali ini ia nungging di depanku. Wow, pantatnya yang sexy itu membuat aku tak tahan lagi. Rupanya Mbak Melvi ingin meraskan hunjaman penisku dari belakang. 
Aku segera mengarahkan penisku ke vagina Mbak Melvi. Liang nikmat itu terlihat memerah dan basah. Sejenak aku gosok-gosokkan ujung penisku pada vagina Mbak Melvi. Ia membalas dengan mengoyng-goyangkan pantatnya. Selanjutnya aku mulai menggerakan pantatku ke depan seiring dengan masukkan penisku ke dalam laing kenikmatan Mbak Melvi.

“Ohh…Mbak….nniikkkmmaatt…..”desahku saat penisku memasuki vagina Mbak Melvi. 
Aku melanjutkan gerakan pantatku maju mundur. Penisku keluar masuk vagina Mbak Melvi. Kenikmatan luar biasa kembali aku rasakan. Penisku seperti dipijit-pijit. Terlebih lagi Mbak Melvi mulai menggerakkan pantatnya seperti berputar. Ahh…penisku seperti dipilin-pilin rasanya. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil terus menyodokkan penisku dalam-dalam. 

“Ohh..Mbak…ennaakk…ahh…nniikkkmmaattt…..”desahku tak kuasa merasakan kenikmatan vagina Mbak Melvi
“Iya Wan….teerrruuss…ahh……ennaakkk….ahh….terruuss saayyyaanggg….”ujar Mbak Melvi 
Aku terus memasukkan penisku. Kali ini gerakan pantatku lebih kupercepat. Sesekali aku remas-remas pantat Mbak Melvi yang sexy itu. 
Tiba-tiba aku meraskan tubuh Mbak Melvi menegang. Ia menjerit pelan sambil tangannya mencengkeram ujung ranjang. 

“Ahh…ahh…aakkuu…kkeellluaarrr…ahh…..”jerit Mbak Melvi sambil matanya terpejam
Mbak Melvi rupanya kembali orgasme. Aku pun merasakan penisku semakin tegang. Cairan hangat yang menyembur dalam vagina Mbak Melvi semakin membuat penisku berdenyut. Dan akhirnya aku tak kuasa menahan spermaku yang ingin segera keluar. 
Segera aku percepat gerakan penisku. Semakin lama gerakan penisku semakin cepat. Akupun tak mampu lagi menahan spermaku lebih lama. Akhirnya . Crroott…crroott…ccrrooott.......spermaku muncrat di dalam vagina Mbak Melvi, cairan kental putih itu muncrat banyak sekali. Aku setengah berteriak saat spermaku muncrat.

“Ahh..ahh…nniikkkmaatt…ahh….”jeritku pelan
Aku diamkan sejenak penisku di dalam liang vagina Mbak Melvi. Nikmat sekali.
"Semprotanmu nikmat sekali Wan,"kata Mbak Melvi. 
Selanjutnya aku turun dari ranjang. Aku raih sebotol air mineral sambil mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Kemudian aku berbaring di sebelah Mbak Melvi yang juga rebah di ranjang. 

“Mbak hebat deh….mainnya hot banget….”ujarku
“Kamu juga oke banget……lain kali kita main lagi ya…..yang lebih hot”ujar Mbak Melvi sambil berdiri dan menuju kamar mandi. Aku merasakan tubuhku capek luar biasa. Tanpa terasa tiga jam lebih aku beradu nafsu dengan Mbak Melvi. Dalam keadaan terlentang tanpa terasa aku tertidur.
Tiba-tiba ada yang memukul-mukul mukaku. 

“Wan bangun….sudah siang, kita harus segera chek out,”
Ternyata Mbak Melvi membangunkan aku. Saat kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10.15 WIB. Rupanya kami tertidur setelah berburu nafsu semalam. Aku segera bangun dan mengenakan kembali pakaianku. Semalam kami tertidur dalam keadaan telanjang. 
Aku langsung kembali ke kamarku. Setelah merapikan barang-barang kami kembali ke Jakarta. Kenangan manis di Yogyakarta itu tak pernah terlupakan. Terlebih lagi perusahaan menganggap tugasku bersama Mbak Melvi berhasil. Aku diangkat menjadi karyawan tetap. 

Bukan main senangnya aku menerima surat pengankatan sebagai karyawan tetap. Tapi yang paling menyenangkan aku jadi bisa bertemu Mbak Melvi setiap hari. Dan kenangan manis di Yogyakarta bisa terulang beberapa kali, tentunya saat Mbak Melvi lama tidak bertemu suaminya. Thanks Mbak Melvi aku suka menemanimu.
Poker Online Indonesia Poker Online bersahabat